Ayo Miliki Saham di https://www.globallshare.com/id/2301281.html

Jumat, 22 Februari 2013

Hargai dan Hormati Perbedaan


Hargai dan hormati perbedaan, karena perbedaan itu adalah anugrah dan ciptaan Yang Maha Kuasa. Perbedaan itu mutlak ada dan perlu ada di jagat raya ini. Dengan banyaknya ada perbedaan, satu dengan yang lainnya berbeda menjadikan perbedaan itu indah. Perbedaan itu melambangkan ke Bhinekaan (Bhineka Tunggal Ika yang artinya walau berbeda beda tetapi tetap satu yaitu Indonesia) sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Bagaimana jika tidak ada perbedaan?
  1. Coba lihat disekitar kita sudah bisa dipastikan ada perbedaan. Mulai dari keluarga kita Bapak, Ibu, Kakak, Adik, Saudara dan yang lainnya sudah pasti berbeda.
  2. Coba bayangkan seandainya dirumah kita Bapak, Ibu, Kakak, Adik, Saudara dan yang lainnya semua sama, wajahnya sama, kulitnya sama, rambutnya sama, tingginya sama, bentuknya sama, jenis kelaminnya sama, apa tidak bingung tuh yang mana Bapak, yang mana Ibu, yang mana Kakak, Adik dan yang mana saudara?
  3. Coba lihat seandainya didunia ini cuma ada satu warna saja misalnya warna hitam saja, semua rumah warnanya hitam, semua kendaraan warnanya hitam, lalu apa jadinya jika cuma ada satu warna saja? Apakah itu indah?
  4. Coba bayangkan, seandainya semua orang memiliki kemampuan memimpin, lantas siapa yang mau dipimpin? Kalau semua orang menjadi orang tua, siapa yang mau jadi anak? Siapa juga yang akan menerima sedekah, jika semua orang ditakdirkan kaya?
  5. Coba bayangkan bahwa di jagat raya ini ada banyak tempat - tempat Pariwisata tetapi bentuk dan uniknya semua sama? Lalu apanya yang menarik, tentu tidak ada yang menarik kan? Semuanya sama dijagat raya ini? Kalau begitu tidak usah bepergian dong karena sudah semuanya sama?! Apa seperti itu yang kita inginkan? Tentu tidak kan? Makanya Yang Maha Kuasa sudah memikirkan bahwa perlunya Perbedaan.
  6. Bagaimana kalau semua sekolah sama, program pendidikan sama, hasil lulusan sama, semua semuanya sama, kalau begitu tidak perlu sekolah jauh-jauh kan? Kan sudah sama? Ngapain sekolah jauh-jauh ? Tetapi kenyataannya kan tidak sama , hasilnya pasti berbeda kan? Itulah perlunya perbedaan!

Bagaimana mungkin kita menyamakan agar semua sama, tidak mungkin kan? Itu berarti kita tidak tulus menerima ciptaan Tuhan. Tanpa adanya perbedaan dan warna-warni, kita tidak akan merasakan hidup semeriah dan seindah sekarang ini, betul?
Mulai kita bangun tidur saja, mulai buka mata pagi hari kita berhadapan dengan banyak perbedaan? Dalam kehidupan kita sehari hari selalu berhadapan dengan segala macam perbedaan dan warna-warni kehidupan. Tapi sayang, tidak semua orang mampu melihat perbedaan sebagai kekayaan. Banyak orang merasa tersiksa karena perbedaan alias mereka tidak mampu menikmatinya perbedaan.
Tidaklah mungkin segala sesuatu hal sama. Bahkan kesamaanpun sebenarnya tidak selalu menguntungkan. Berbagai bentuk kejahatan dimulai hanya karena perbedaan. Entah itu perbedaan warna kulit, agama, suku bangsa, perbedaan prinsip atau sekadar perbedaan pendapat. Sebenarnya, perbedaan bukanlah sesuatu yang bisa dihindari.
Perbedaan lahir sedemikian rupa, setiap orang lahir dengan perbedaan dan keunikannya masing-masing. Mulai dari perbedaan fisik, perbedaan pola pikir, perbedaan kesenangan, dan lain-lainnya. Perbedaan ada bukan untuk dijadikan alat perpecahan. Banyak hal positif yang bisa kita peroleh dengan adanya perbedaan. Yang terpenting bagaimana kita mengelola Perbedaan itu, diantaranya adalah:
  1. Memandang perbedaan itu adalah kekayaan yang patut kita syukuri. Jadikan perbedaan itu suatu hal yang positif. Cara pandang kita yang benar terhadap perbedaan akan melahirkan suatu sikap yang positif juga.
  2. Musyawarahkan perbedaan untuk mencapai suatu kesepakatan. Berlatihlah untuk
    menghargai perbedaan, menerima perbedaan, menjalankan dan bertanggungjawab terhadap keputusan bersama, meski berlawanan dengan ide sebelumnya.
  3. Posisikan diri kita pada suatu tempat yang benar mesti pada Saat bekerja sama dengan orang lain, salurkan potensi, karakter, minat yang berbeda-beda pada posisi 'yang tepat'. Cara ini akan mendorong tercapainya tujuan bersama dan mendukung pengembangan potensi masing-masing individu.
  4. Jangan pernah mensepelekan orang lain apapun pendapatnya, apapun kondisinya atau apapun pendapatnya, perlakukan mereka selayaknya diri kita ingin diperlakukan. Semua orang penting, semua memiliki peran masing-masing yg bisa jadi tidak bisa digantikan oleh orang lain.
  5. Bersikaplah yang wajar atau tidak sombong. Jangan merasa diri paling penting dan lebih baik dari pada orang lain. Kenapa ? Karena kita tidak bisa hidup tanpa orang lain. Jadilah beton dalam bangunan, meski tidak nampak, namun sesungguhnya ialah yang menjadi penyangga kokohnya sebuah bangunan.
  6. Koreksi diri sendiri sebelum menyalahkan orang lain. Karena tanpa kita sadari kekeliruan ada pada diri kita sendiri. Karena itu koreksi diri sendiri terlebih dahulu merupakan langkah yang paling bijaksana
Mengapa banyak diantara kita memperdebatkan perbedaan sebagai sesuatu yang tak pantas ada, sehingga harus dihilangkan. Mengapa banyak diantara kita melihat perbedaan sebagai hal yang mengotori sehingga harus dibersihkan. Mengapa banyak diantara kita melihat perbedaan sebagai sesuatu yang menjijikkan sehingga harus dibasmi.
Berhentilah memperdebatkan perbedaan. Karena perbedaan itu indah, berdampak positif untuk kebahagiaan kita bersama. Karena keindahan itu diciptakan untuk bergandengan saling melengkapi.
Kita berharap agar setiap orang yang lahir dijagat raya ini menyadari betapa indahnya dan betapa agungnya perbedaan, sama seperti anggota tubuh, mata berbeda dari mulut, telinga berbeda dari kaki, tapi kesemuanya terikat dalam tubuh dan saling bekerjasama, untuk membuat tubuh bergerak dan berfungsi dengan baik.
Jika mata tertutup, tentu kaki akan kesandung saat berjalan, jika hidung berhenti mengambil oksigen tentu paru-paru akan sesak dan membuat tubuh kekurangan nafas, jika mulut tak mau menerima makanan, tentu tubuh akan lemas dan mengganggu gerak anggota tubuh lainnya.
Jika seluruh tubuh adalah mata, bagaimana tubuh akan berjalan ?
Jika seluruh tubuh adalah kaki, dengan apa tubuh akan melihat ?
Jika seluruh tubuh adalah mulut, dengan apa tubuh mendengar ?
Jadi jelas Tuhan menciptakan perbedaan dengan fungsinya masing-masing adalah untuk kebaikan manusia, makhluk yang sangat mulia dibandingkan dengan makhluk lain.
Berhentilah untuk mempermasalahkan perbedaan. Berhentilah bertikai karena perbedaan
Berhentilah saling menjatuhkan karena perbedaan.Bersyukurlah bahwa perbedaan adalah Anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa dan diciptakan untuk kita semua.

Selasa, 19 Februari 2013

Memuja Siwa sebagai Tuhan Yang Maha Esa

Alam semesta ini dan segala isinya diciptakan oleh Ida SangHyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa), dan alam semesta ini juga diresapi oleh Ida sangHyang Widhi Wasa hingga bagian terkecil. Setiap benda terdiri dari partikel - partikel atom, dan dalam atom ada elektron, proton dan neutron. Bukti Ida SangHyang Widhi Wasa meresapi bagian terkecil dari benda ini terlihat dari adanya elektron yang selalu bergerak dalam lintas orbit dan selalu ingin bebas keluar dari orbit-orbit atom tersebut. Ia tidak suka diikat dalam lintasannya, itulah sebabnya ia ingin meloncat ke orbit yang lain. Begitu juga peredaran bumi dan planet lain yang mengitari matahari juga selalu ingin keluar dari orbitnya. Ini berarti setiap benda ingin bebas tanpa diikat (moksa). Tapi karena dharma yang diberlakukan, maka setiap makhluk hidup atau benda yang lain harus tunduk pada kendali Ida SangHyang Widhi Wasa. Untuk bisa bebas tanpa ikatan, maka harus dapat menarik karunia Tuhan agar bisa merdeka tanpa belenggu. Dengan teori atom itu, kini umat lain ada yang tercengang kalau Tuhan yang diungkapkan oleh Veda itu bisa diterima bahwa Tuhan itu ada di mana - mana termasuk di dalam benda mati karena benda mati juga terdiri dari atom dan dalam atom ada pergerakan yang hidup seperti elektron tadi. Dengan pemahaman tersebut, memuja Patung Siwa sebagai Tuhan dibenarkan dalam Veda asalkan jangan memuja Tuhan Siwa sebagai Patung. 
Astungkara mogi rahayu lan shanti

Rabu, 06 Februari 2013

Makna Tari Rejang Dewa

Tari Rejang adalah sebuah tarian putri yang dilakukan secara berkelompok atau masal, gerak-gerik tarinya sangat sederhana yang biasanya ditarikan pada waktu berlangsungnya suatu upacara Yadnya. Walaupun hanya terdiri dari gerakan yang sederhana, namun makna yang terkandung dalam tarian ini tidaklah sesederhana itu.Gerakan dalam tarian ini memerlukan gerakan tubuh yang lincah dengan mengikuti alunan suara gamelan Gong Kebyar atau Gong Gede diselimuti aroma dupa yang sangat wangi, harum menambah suasana semakin sakral dan khidmat, para penari rejang dewa menari dengan berbaris melingkar yang kadang kala dilakukan dengan berpegangan tangan. Tarian ini dilakukan dengan lemah gemulai, penuh rasa pengabdian kepada Bhatara Bhatari. Para penarinya mengenakan pakaian upacara yang biasanya didominasi oleh warna putih dan kuning, dengan perhiasan kepala yang dibuat sedemikian rupa dari bahan janur kuning. Gerak-gerak yang dominan dipakai dalam tari Rejang adalah ngembat dan ngelikas atau gerakan kiri dan kanan yang dilakukan sambil melangkah kedepan secara perlahan. Ketika menari, penari Rejang pada umumnya tidak berdialog atau menyanyi.
Tari Rejang Dewa adalah simbol Widyadara dan Widyadari yang menuntun Bhatara turun ke dunia yang dilakukan pada waktu melasti atau turun ke peselang atau Tari Rejang Dewa biasanya ditampilkan ketika diadakan acara – acara keagamaan atau ritual tertentu lainnya, tidak dipentaskan disembarang tempat melainkan ditampilkan ditempat-tempat yang dianggap suci oleh para umat, biasanya di pentaskan dihalaman Jeroan atau jaba tengah dari sebuah Pura. Contohnya Pada saat Upacara Puncak Ngenteg Linggih , Mupuk Pedagingan Lan Pedudusan Agung Alit di Pura Dadia Abasan Banjarangkan, Klungkung Jika karena sesuatu hal tari Rejang dapat dipentaskan di jabe sisi pura, yang terpenting pementasannya selalu berdekatan dengan tempat sesaji atau tempat lainnya yang dipandang suci. Tujuan dilaksanakannya Tarian ini merupakan persembahan suci untuk menyambut kedatangan para Dewata dan sekaligus menghibur para Dewa yang turun dari Kahyangan ke Bumi. melalui puja dan puji mantra dan sesaji sesuai urutannya. Para Dewa diundang untuk turun dari Kahyangan dan bersemayam pada benda-benda suci seperti Pratima atau Tapakan. Melalui tarian ini kita merasakan bersyukur dan terimakasih kepada para Dewa atas perkenannya turun ke Bumi. Tari Rejang Dewa ini dilakukan oleh para Gadis yang belum pernah mengalami datang bulan, oleh karena itulah kebanyakan penari yang membawakan tarian ini masih duduk di bangku sekolah dasar. Mogi Rahayu lan Shanti

Jumat, 01 Februari 2013

Mengenal Tuhan Dalam Diri

Amatlah penting bila kita telah mengenali siapa diri kita sebenarnya? Apa lebihnya dan apa kurangnya? Bila kita belum mengenali diri kita maka akan sia-sia waktunya untuk mencari Tuhan dan mustahil akan bertemu dengan Tuhan. Keberadaan Tuhan sangatlah gaib, beliau tiada wujud disebut awyakta. Ada sloka gita mengatakan demikian : “ Beribu-ribu orang menuju kepada_Ku, hanya satu orang saja yang sampai pada_Ku, dan yang sampai itupun tidak tahu akan diri_Ku” Bila berpegang pada sloka tersebut diatas, rasanya tiada harapan untuk menemukan Tuhan, lalu apakah kita tetap masih mau mencari Tuhan ? Sebelumnya Kenali dulu diri kita sebagai mahluk Tuhan. Walaupun kita telah melangkah jauh dalam rangka pencarian Tuhan, namun tidaklah keliru bila kita menata ulang lagi langkah berikutnya, agar langkah kita lebih terarah akan lebih baik bila kita mengenali diri sendiri terlebih dahulu. Kata pepatah lama, kalau tak kenal maka tak sayang, kalau tak sayang maka tak cinta. Sebagai manusia normal, tentu kita pasti menyayangi dirinya sendiri, bila terasa kotor maka akan segera mandi, bila sakit akan segera berobat kedokter, bila lapar segera berusaha mencari makanan dan seterusnya. Semua kegiatan tersebut tadi belumlah berarti mengenali dirinya sendiri, itu hanyalah sebatas menyayangi raganya yang berwujud material, sedangkan sang diri belum mendapatkan pelayanan yang sesungguhnya. Kita tahu bahwa manusia terdiri dari Jiwa dan Raga, sehingga dalam lagu Kebangsaan Indonesia Raya dikumandangkan syair “ Bangunlah Jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia raya” Syair tersebut bila direnungkan, hindu banget…….ini bahasa gaul anak muda, pokoknya hindu banget deh. Pengarang lagu tersebut sastrawan sejati, karena mampu membuat syair dari lubuk hati yang paling dalam sebagai stana Hyang Widhi Wasa. Beliau berstana dihati setiap makluk sebagai pusat kehidupan. Lalu Siapa diri saya sebenarnya ? Bila ingat lagu taman kanak-kanak tempo dulu, yang syairnya sbb :“ Dua mata saya, hidung saya satu, satu mulut saya tidak berhenti makan”. Kalau dijabarkan lebih lengkap bahwa seluruh anggota badan ini adalah milik saya, lalu saya-nya yang mana ? Dari renungan pertanyaan tersebut yang pasti menyiratkan bahwa ada obyek lain yang menyebut dirinya “Saya”. Inilah sang jati diri yang belum kita kenal sesungguhnya, kita akui bahwa selama hidup ini sangat jarang bahkan adakalanya belum pernah memberi makan sang jati diri ini sebagai diri saya sendiri, dan bukan badan ini. Ia adalah sumber hidup, walapun kita lalai memberi makan, dia tetap setia memberi hidup kepada badan ini. Badan ini sering mendapat perhatian istimewa, namun bagi sang diri adalah sebaliknya. Dari hal demikian maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kita belum mengenali dirinya sendiri sehingga lupa memberi perhatian kepadanya, ini bukan karena tidak mau, hanya saja belum kenal. Didalam raga ini ada jiwa, sat terkecil didalam jiwa adalah Atman yaitu seberkas sinar suci Paramaatman sebagai sumber energy utama yang memberikan kehidupan ini. Oleh karena itu “Saya” ini sebenarnya “Atman” itu tiada lain. Jika saya itu adalah Atman, lalu dimanakah Tuhan itu berada ? Kita mengenal Wyapi wyapaka nirwilkalpa. bahwa Tuhan itu berada disemua alam jagat raya ini dan segala isinya, Tuhan berada diluar sana, entah dimana kita tidak tahu karena diluar kemampuan manusia, inilah Acintya. Ida SangHyang Widi Wasa atau disebut Tuhan berada dialam semesta ini, itupun kita sendiri tidak mengetahuinya, apakah benar Tuhan ada disini?. Tuhan adalah Rohani, tiada berwujud walaupun berada dialam material, inilah yang disebut Awyakta, maha gaib, sangat misterius. Kepercayaan orang Hindu bahwa Tuhan berada di Padmasana, saat mereka melaksanakan suatu persembahyangan di Pura, ini keyakinan yang menjadi kebenaran. Ajaran agama kalau diyakini maka akan menjadi kebenaran, karena kebenaran bila diyakini itulah sumber Dharma sesungguhnya begitu tuntunan pada upanisad-upanisad. Para Yogi banyak yang melaksanakan bertapa ke gunung atau ke tengah hutan, apakah hal ini dalam rangka mencari Tuhan ? Bila kita ingat Catur Asrama, kegiatan seorang pertapa ini tiada lain adalah dalam menjalankan konsep wanaprasta sebagai tangga atau tahap berikutnya setelah melewati Grehasta. Mencari ketenangan, menjauhi hiruk pikuk kehidupan duniawi agar memperoleh rasa damai. Didalam rumahpun bila kita mandapatkan rasa damai juga sama halnya sebagai pertapa ketengah hutan, hanya saja akan lebih banyak gangguan dari pada di dalam goa, tengah hutan atau dipuncak gunung. Pendekatan kepada alam akan sangat membantu kita dalam proses mencari kedamaian, dalam konsep aduaita alampun adalah Tuhan. Kalau demikian berarti Tuhan berada diluar dan didalam diri ? Ibarat air laut yang diisikan ke sebuah gelas, keberadaan air tersebut terpisah namun sejatinya air itu adalah tetap sama sebagai air laut, begitulah hubungan antara Atman dengan Paramaatman. Kita meneguk air laut yang berada didalam gelas itu akan sama rasanya seperti air laut. Namun akan lebih mudah minum air digelas dari pada harus pergi kelaut. Sayur yang enak rasanya karena dalam bumbunya telah dicampur sejumput garam, kita ketahui bahwa garam bersumber dari air laut pula. Namun belum ada yang mengambil air laut untuk mencampur bumbu sayur, walapun dapurnya dekat laut tetap saja mencari garam, kenapa? Mungkin garam dianggap lebih bersih, mudah diambil, higenis dan sudah menjadi kebiasaan sehari-hari. Budaya Hindu di Bali yang berkaitan dengan tempat sembahyang tiap Desa diwajibkan memiliki Kayangan Tiga, yaitu Pura Puseh, Pura Dalem, dan Pura Desa. Konsep Budaya ini sesungguhnya mengusung pendidikan pencarian Tuhan diluar dan didalam diri. Empu Kuturan sangat wikan dalam menerapkan konsep kehidupan dalam wujud budaya bangunan suci, hanya makna dibalik itu sungguh luar biasa dan perlu dikupas bahasa filsafatnya. Nama pura tidak hanya sekedar nama, semua mengandung arti dan makna yang sangat dalam dan ilmiah, mari kita simak lebih lanjut. Pura Puseh artinya Pusar, dimana saat kita masih berwujud janin didalam kandungan dari Puseh_lah kita mendapat sumber kehidupan. Disaat itu Tuhan telah hadir di Pura Puseh, pura yang sesungguhnya berada didalam diri kita. Sehingga bila ada bayi yang sakit masuk angin, tutup pusernya dengan bawang merah dan daun Dapdap, ini adalah sebuah persembahan di Pura Puseh agar si Bayi cepat sembuh. Pura Dalem, sebutan Dalem adalah yang berada didalam diri, Jantung hati sebagai isi jeroan yang sangat vital dalam kehidupan ini. Tatkala ini Tuhan telah hadir didalam Hati kita, ring papusuh prana hira. Pura Desa, desa diartikan sebagai wilayah alam sekitar sebagai tempat bertumbuhnya segala macam pohon, tumbu-tumbuhan dan binatang lainnya. Ini semua sebagai pendukung kehidupan manusia untuk dijadikan makanan. Tuhan juga hadir di Desa memberikan kehidupan bagi semua yang tumbuh maupun berkembang Komunikasi dengan Tuhan melalui Suara Hati Jarang kita perhatikan isi hati kita sendiri dalam kondisi normal sehari-hari, namun adakalanya muncul suara hati yang menyelamatkan kita bila kita bisa membaca maksudnya dengan cermat. Ikuti kata hati begitu sering kita dengar dari orang-orang bijak atau orang tua kita. Tidak semua orang mampu mendengarnya, lalu bagaimana bisa mengikutinya. Untuk mengerti akan suara hati, kita hendaknya bisa membaca selalu tanda tandanya hal ini sering disebut Kleteg ati dalam bahasa Balinya. Ini adalah kemampuan alami yang dimiliki setiap orang, karena beliau ada didalamnya. Bagaikan naluri, ada rasa, keinginan, niat dan sejenisnya namun tanpa dipengaruhi oleh Rajas-Tamas, betul-betul Satwam. Penguasaan Satwika dalam diri, kita akan mampu membaca, mengikuti suara hati. Ada orang yang terhindar saat terjadi Bom Bali di Kuta sekitar tahun 2001, dia sudah menuju kedaerah tersebut, namun tiba-tiba muncul rasa tidak nyaman dan ingin balik haluan dan kembali pulang, padahal sewaktu berangkat, sangat antusias mau kesana. Hatinya berdegup kencang begitu mendengar berita bahwa telah terjadi ledakan bom yang amat sangat dahsyat dilokasi yang ingin dikunjunginya itu. Inilah salah satu kehadiran Tuhan didalam diri kita. Atau kita ingin pergi kesuatu daerah tetapi mempunyai rasa keragu-raguan, itu pertanda suara hati, lebih baik jangan diteruskan, dan kleteg hati lainnya. Lalu kenapa ada orang yang menjadi korban, apakah tidak ada Tuhan didalam dirinya? Itulah, karena tidak semua orang yang mampu membaca suara hatinya sendiri, maka dari itu biasakan membaca selalu suara hati dalam diri. Walaupun demikian, kehadiran kita di Pura sebagai tempat suci tentu memiliki nilai tersendiri, karena telah dipaparkan bahwa adanya Pura Puseh, Pura Dalem dan Pura Desa. Pura Jagatnata dan pura lainnya termasuk dalam kriteria Pura Desa memiliki makna agar kita senantiasa sadar dan sujud bhakti kehadapan beliau yang telah menciptakan jagatraya ini. “Astungkara”, semoga Ida SangHyang Widi Wasa memberikan pencerahan kepada seluruh umatnya agar kita menjadi umat yang selalu berbakti kepada Tuhan, kepada diri sendiri, kepada Orang Tua kita, Keluarga dan masyarakat sekitar kita. Mogi Rahayu lan Shanti

Jumat, 18 Januari 2013

Kerjakan apa yang dibuat dan Buat apa yang dikerjakan

Kerjakan apa yang kita buat dan buatlah apa yang kita kerjakan
Kerjakanlah apa yang anda buat dan buatlah apa yang anda kerjakan. Maksudnya adalah jika anda melakukan suatu pekerjaan, kerjakanlah pekerjaan itu secara tulus atau jika anda membuat sesuatu buatlah pekerjaan itu dengan penuh kecintaan. Atau dengan kata lain bahwa Cintailah apa yang anda kerjakan dan kerjakanlah apa yang anda cintai.
Untuk mencapai suatu keberhasilan kita harus mencintai pekerjaan kita, apapun pekerjaan itu. Dengan demikian kita tidak akan pernah mengeluh atau memikirkan tentang hambatan atau kegagalan.
Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda, namun fokuslah dan cintailah pekerjaan kita tanpa banyak mikir sehingga kita akan berhasil meraih kesuksesan.
Mengerjakan pekerjaan yang tidak kita cintai membuat kita menjadi uring-uringan, emosi cepat marah atau bahkan mudah tersinggung hal ini sangat berdampak buruk terhadap kesehatan kita. Lalu bagaimana kita bisa mencintai pekerjaan kita walaupun itu harus terpaksa karena tiada pilihan lain?
Kerjakanlah pekerjaan kita dengan saaaangaat tulus sepenuh hati maka hasilnya akan kita rasakan berbeda antara pekerjaan yang kita kerjakan secara tulus penuh kecintaan dengan pekerjaan yang kita kerjakan tidak sungguh-sungguh.
Bekerja memang untuk mendapatkan uang namun uang bukan untuk segalanya. Karena segalanya tidak bisa dengan uang, contohnya kesehatan. Tapi uang juga sangat penting untuk kebahagiaan hidup kita bersama keluarga, bersama orang yang kita cintai. Kebahagiaan tidak tergantung kepada banyak atau sedikit uang yang kita peroleh tetapi sangat bahagia bila pekerjaan yang kita kerjakan sudah kita cintai. Walaupun kita mendapatkan uang banyak dalam bekerja apalagi yang dapat sedikit, tentu tidak cocok pada pekerjaan tersebut karena tidak merasakan kebahagiaan, rasanya ingin membrontak ingin lari dari kenyataan untuk mencari pekerjaan lain.
Bila sampai saat ini masih merasakan tidak bahagia dalam menyelesaikan pekerjaan, ada cara untuk menyembuhkannya yakni:
  • Berusahalah untuk mencintai pekerjaan tersebut melalui meningkatkan pengetahuan kita atau menambah wawasan memperluas pengalaman
  • Bila terpaksa tinggalkan pekerjaan tersebut cari pekerjaan lain yang bisa membahagiakan hidup kita
Jangan terbelenggu pada satu titik, bila bertemu orang baru yang memiliki wawasan, pengetahuan dan pengalaman luas, dan kredibilitasnya bagus, sebaiknya kosongkan gelas dalam diri, maksudnya kita siap menerima apapun yang dikatakan sepanjang sharing pengetahuan dan pengalamannya bisa membahagiakan hidup kita.
Jika kita adalah orang gajian yang datangnya sebulan sekali mirip seperti orang menstruasi, berbahagialah karena sistem penggajian orang gajian diukur dari kemampuan, prestasi bahkan pendidikan terakhir kita. Tanyakan pada diri sendiri apakah kita memiliki perstasi dan kemampuan yang tinggi namun penghasilan yang kita terima tidak sebanding dengan prestasi kita? Maka segeralah mencari pekerjaan lain atau berpindahaluan untuk menjadi orang bisnis dengan cara membuka usaha sendiri. Mungkin kita akan bertanya bagiamana caranya pengalaman bisnis saja tidak punya apalagi modal juga tidak punya? Jangan bersedih selalu ada jalan yang terpenting tahu caranya. Apa itu? Bila kendala dimodal ya pinjam yang penting ada keberanian yaitu:
BODOL = Berani Optimis Duit Orang Lain,
Mungkin kita akan bertanya lagi ah tidak punya pengalaman bisnis bahkan belum pernah buka bisnis? Jangan takut ada cara lagi bila mau bisnis yang gampang ya ikuti saja franchise, yang penting keberanian yaitu:
BOBOL = Berani Optimis Bisnis Orang Lain,
Mungkin kita akan bertanya lagi ah tidak mungkin bisa bisnis kita kan kerja di kantoran atau di perusahaan, bagaimana caranya? Bila kita mau selalu ada jalan yang penting ada keberanian yaitu:
BOTOL = Berani Optimis Tenaga Orang Lain,
Bila kita sering membaca biografi orang sukses selalu diawali kesuksesannya mulai dari yang terkecil.
Ada mulai buka usaha dari garase, ada mulai dari kamar mandi, ada mulai dari dapur, ada yang mulai dari bangun tidur dan ada mulai dari sekitar kita dan seterusnya dan seterusnya. Seperti apa ? Ya terserah anda , ya terserah kita maunya apa? Yang paling penting dalam hidup ini adalah buatlah hidup kita bahagia dengan cara mencintai pekerjaan kita dan kerjakan apa yang kita cintai.

Selamat bekerja dan bekerja selamat

Senin, 14 Januari 2013

Makna Moksa dan Kebahagiaan Hidup dalam Pelaksanaan Dharma


Semasa kita masih dibangku sekolah kita sudah mengenal apa itu "Moksartham jagathita ya ca iti Dharma". Moksa dan kebahagiaan jagatraya adalah tujuan dari pelaksanaan Dharma.
"Benarkah Moksa adalah tujuan akhir dari hidup manusia?" jika benar, mengapa banyak orang kurang bersungguh-sungguh untuk mencapainya? 
Mungkin karena kita tidak bersungguh-sungguh, mungkin hanya karena masih gamang akan makna atau arti dari moksa.
Dengan demikian ia lebih mengikuti cara-cara yang ia pikirkan baik atau benar dengan segala alasan dan referensinya.
Bila kita memaknai 'Moksa" adalah tujuan akhir dari hidup ini, maka bisa jadi (kalau tidak boleh dikatakan, pasti) perjalanan bisa menjadi sangat panjang dan sangat lama.

Bila kita memaknai "Moksa' adalah sebagai jalan dari proses terlepasnya segala ikatan dan beban karma, maka kita akan dapat melihat lebih jelas, apa yang harus dilakukan dalam hidup ini agar selalu berjalan dan menapak pada jalan moksa.

Dharma dilakukan, agar kita bisa melepaskan ikatan dan beban karma. Dharma dalam arti kewajiban, juga menuntun kita untuk tidak pamrih. Pamrih bagaikan minyak bagi bara api ikatan karma. Dharma dalam arti kebenaran, maka seyogyanya, setiap orang belajar untuk mulai menyadari, bahwa kebenaran yang hakiki hanya berada pada Tuhan Yang Maha Esa , Ida SangHyang Widhi Wasa. Kitab suci selengkap apapun orang bilang, tentu tidaklah cukup dapat menampung dan mengungkapkan kebenaran dari Hyang Widhi. Oleh karenanya, hanya dengan melalui 'Hati' lah seseorang akan bisa melihat kebenaran yang ada, baik yang ada pada kitab suci, yang ada dialam ini, maupun yang ada dimanapun.

Mogi Rahayu lan santih

Selasa, 08 Januari 2013

Kisah Lubdhaka Malam Siwa Ratri


Adakah diantara kita yang punya pertanyaaan didalam hati, kenapa hari Raya Siwa Ratri selalu diperingati ?
Jawabannya adalah, karena Siwa ratri jatuh pada sasih kepitu = 7.
Sasih Kapitu, merupakan hari suci bagi umat Hindu. Hari tersebut dikenal dengan nama Siwa Ratri atau Malam Siwa. Ratri berarti gelap, Dan bahkan malam itu adalah malam tergelap dibanding malam-malam lainnya. Sebutan umum umat di Bali "peteng pitu" atau peteng dedet, ini nebak-nebak saja.

Siwa ratri, mulanya dilakoni di India, lalu menyebar ke Nusantara.
Di India Siwa Ratri diperingati setiap bulan, dan ada 1 bulan diantaranya adalah Maha siwa ratri.
Lalu, mengapa di Nusantara hanya sekali saja yaitu pada peteng pitu atau padanannya pada Maha Siwa Ratri?
Apakah karena orang Nusantara baru belajar agama, jadi cukup sekali saja? Nah itu kisah dulu yang tidak perlu diungkit-ungkit lagi, kecuali untuk membuat kita menjadi semakin lebih sadar.
Pada Siwa Ratri, akan terasa lebih mudah dalam belajar upawasa dan jagra, karena dilakukan secara terbuka oleh banyak orang. jika sudah cukup terlatih, diharapkan kita juga mudah melakukan upawasa di hari lainnya, agar jadi semakin terbiasa dalam mendekatkan diri kepada Hyang Widhi.
Siwa Ratri dalam arti lain juga mengingatkan kita, bahwa hanya Hyang Widhilah yang bisa membersihkan kotoran/mala/beban dari kesalahan yang kita lakukan. Siwa Ratri bukan semata-mata terkait dengan proses membersihkan/ menyucikan badan yang fana yang umurnya hanya beberapa puluh tahun saja, tetapi membersihkan bagian-bagian diri kita yang umurnya entah sampai kapan, yang sudah sering bolak balik pakai badan manusia.
Kebanggaan karena bisa lulus dalam jagra dan upawasa, mungkin bisa berbuah keangkuhan, tetapi kelapangan dada, ketenangan bathin yang dirasakan tentu tidak dapat kita tunjukaan kepada orang lain. Merasakan ketenangan pikiran kedamaian hati kelapangan dada adalah jauh lebih berharga, daripada hanya menuntaskan lakon fisik semata

Siapa yg dipuja pada hari Raya Siwa Ratri?

Pada hari Siwa Ratri kita memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai Siwa Mahadewa. Umat patut melaksanakan brata, meningkatkan kesucian rohani dan latihan mengekang hawa nafsu. Tujuannya agar memiliki daya tahan dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan di dunia ini. Terbebas dari berbagai godaan yang bisa menjerumuskan dan menyesatkan hidup, karena perbuatan menyimpang dari ajaran dharma.

Gelap bisa menakutkan dan menciutkan nyali bagi sebagian orang, tetapi sebagaian orang lagi gelap merupakan media dalam mendapatkan ketentraman batinnya. Dalam kegelapan malam ada keheningan kesunyian dan kedamaian, makanya mereka memburu gelap, termasuk malam siswa malam paling gelap sehari menjelang Tilem Kepitu.

Kisah Lubdaka

Adalah pemburu miskin yang berbahagia ( kalau kaya tentu dia jadi konglomerat kali). Dikatakan berbahagia, lantaran sekalipun dalam sehari-hari selalu melakukan tindakan sadis, melakukan pembunuhan binatang, tetapi bisa masuk surga sesudah meninggal.

Dari pandangan mata secara awam saja, tentu perbuatan membunuh, menghilangkan nyawa mahluk lain di luar tujuan yadnya, adalah berdosa. Misteri kematian dan perjalanan arwah Lubdhaka tidak banyak yang mengetahuinya. Pemburu tersebut dalam mitologi Hindu meniggal beberapa hari setelah Siwa Ratri lantaran menderita suatu penyakit. Istri dan anak-anaknya merasa kehilangan.

Apa yang dilakukan Lubdhaka sehingga memperoleh tiket masuk surga setelah mati?

Suatu hari lelaki itu seharian berburu, namun sama sekali tidak mendapat binatang buruan. Waktu itu jangankan ia berhasil memanah seekor binatang untuk dibawa pulang, melihat bayangan binatang saja tidak. Sangat apes hari itu perjalanan Lubdhaka sebagai pemburu profesional.

Dalam kehampaan, jengkel bercampur lelah fisik karena lapar dan Lubdhaka memutuskan tidak pulang menemui istri dan anak-anak kesayangannya. Dengan perasaan pasrah dan nekat ia memutuskan bermalam di hutan seorang diri.

Waktu itu sebagai pemburu ia tidak memiliki motip lain, bertahan di hutan. Kecuali satu harapannya, malam itu ia akan menemukan binatang dan berhasil memanahnya untuk dibawa pulang. Ia memilih berdiam di sebuah pohon dekat telaga yang airnya sangat bening.

Lubdhaka boleh saja berharap, namun kenyataannya sampai tengah malam yang sunyi senyap hasilnya tetap nihil. Malah dalam malam gelap ia dilanda ketakutan. lantas Lubdhaka memilih memanjat sebuah pohon yang lumayan rindang, antisipasinya supaya terhindar dari sergapan binatang buas. Untuk menahan kantuknya ia memetik satu persatu daun dahan pohon yang dia tidak tahu pohon apa itu. Ternyata malam saat Lubdhaka menginap di hutan adalah Malam Siwa (Siwa ratri), yakni malam payogan Hyang Siwa.

Dimana dibawah pohon tempatnya memanjat ada sebuah telaga dan perwujudan Siwa beryoga. Pohon yang dinaiki adalah pohon Bilwa. Daun Bilwa yang dipetiknya itu dibuang ke telaga dibawahnya yang ternyata mengenai patung Siwa. Karena takut jatuh otomatis ia harus tetap terjaga (jagra) sampai pagi (begadang sampai pagi). Aktivitas Lubdhaka malam itulah mendapat pahala dari Hyang Siwa, hingga ia berhak masuk sorga, padahal kejadian ini adalah ketidak sengajaan.

Aktivitasnya itu sama nilainya dengan puasa, menahan haus, lapar, tidak tidur dan menahan nafsu-nafsu lainnya. Dalam perjalanan sang roh dialam kematian sempat menjadi rebutan, antara penguasa neraka dan surga. Terjadilah tarik menarik kedua belah pihak sebelum datang Hyang Siwa yang melerai dan menentukan dia harus dibawa kemana, apakah ke hotel Sorga atau Neraka.

Bagaimana Pandangan kita secara Hindu ?

Perjalanan Lubdhaka sebagai pemburu sampai masuk sorga cukup kontroversial.

Malahan di kalangan umat Hindu sendiri hal ini masih menjadi masalah yang patut untuk didiskusikan, pantaskah seorang Lubdhaka yang melakukan pembunuhan terhadap sarwa buron ini mendapatkan pengampunan hanya karena melakukan kegiatan begadang semalam suntuk sampai pagi.

Jaman sekarang malah banyak generasi muda merayakan Siwa Ratri, berpacaran dipinggir laut bergelap-gelapan, kita tidak tahu apakah tangannya memetik daun, karena tidak ada daun Bilwa yang ada bulu bilwa, he he nah ketoang nden malu sing tawang gumi care janine.

Lalu bagaimana bagi yang begadang tangannya sambil memegang sampeyan cekian ? Apakah bisa masuk sorga ? Tentu tiada larangan bagi siapa saja yang mau masuk sorga silahkan....

Selamat menyambut hari raya Siwa Ratri 10 Januari 2013, semoga bisa masuk sorga...

Senin, 07 Januari 2013

Makna Cinta


Pada suatu hari ada seorang Ibu yang baru pulang dari pasar melihat ada 3 orang berjanggut di halaman rumahnya. Ketiga pria itu terlihat letih dan lapar. Ibu itu mengajak mereka masuk untuk makan, tapi mereka bertanya, “apakah suamimu sudah pulang ?” “Belum” jawab Ibu itu. “Klo begitu kami tidak bisa masuk.”.

Ketika suaminya pulang, Ibu itu menceritakan tentang ketiga orang tersebut, dan suaminya menyuruhnya mengajak ketiga orang itu untuk masuk. Ketika ia menyuruh mereka masuk, salah seorang berjanggut itu berkata: “Yang itu bernama Kekayaan, yang itu Kesuksesan dan saya Cinta. Kalian harus memilih salah satu dari kami untuk masuk ke dalam rumahmu, kami tidak bisa masuk bersama-sama.”

Ibu itu masuk ke dalam dan menceritakan apa yg dikatakan orang itu, suaminya berkata: “suruh Kekayaan masuk, saya ingin rumah ini penuh dengan Kekayaan.”.
Tapi Ibu itu berkata: “lebih baik Kesuksesan, biar semua pekerjaan kita selalu penuh dgn Kesuksesan“. Anak anak mereka berkata: “lebih baik Cinta, biar rumah ini selalu penuh dengan Cinta,”.

Singkat cerita akhirnya semua setuju untuk mengajak Cinta masuk, Ibu itu kembali ke depan dan berkata, “yang bernama Cinta silahkan masuk.”.

Ketika orang yang bernama Cinta berjalan masuk, kedua orang yang lain mengikutinya.
Si Ibu heran dan berkata, “kami hanya mengundang Cinta, kenapa kalian ikut?”
Orang itu berkata, “Kalau Ibu memilih Kekayaan atau Kesuksesan, kami hanya bisa berjalan sendiri sendiri. Tapi karena Ibu memilih CINTA, kami berdua akan selalu mengikutinya kemanapun dia berjalan. Sebenarnya kami berdua ini buta, hanya Cinta yg bisa melihat dan menuntun kami kemanapun dan kapanpun juga…. “

Coba Renungkan, apa makna cerita cinta diatas, ” Jalani hidup ini dgn cinta…”Dan bersyukur kita masih berada diantara orang-orang yang mencintai kita